Jakarta, Berita Geospasial — Indonesia dan Malaysia sepakat memperkuat kerja sama terkait pemetaan batas negara melalui The 15th Meeting of the Joint Working Group (JWG) for the Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) and the Joint Border Mapping (JBM) Project yang digelar di Jakarta pada Rabu, 5 November 2025. Adapun rangkaian kegiatan telah berlangsung dari tanggal 3-4 November 2025 melalui Special Discussion of the Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) & Joint Border Mapping (JBM) Project antara Indonesia dan Malaysia. Pertemuan JWG ke-15 ini menjadi langkah penting dalam melanjutkan kolaborasi kedua negara, sejak pertemuan terakhir pada 2017 di Malaka.
Direktur Pemetaan Batas Wilayah dan Nama Rupabumi BIG, sekaligus Ketua Delegasi Indonesia Khafid menyampaikan bahwa pertemuan ini menjadi simbol semangat kolaborasi dan kepercayaan yang terus tumbuh antara Indonesia dan Malaysia.
“Kerja sama ini menunjukkan sudah banyak kemajuan yang dilakukan oleh kedua negara dalam mengelola batas negara, serta komitmen untuk memastikan batas wilayah ditetapkan dengan jelas. Harapannya forum ini bisa menyelesaikan beberapa hal yang sudah dibahas dan ditargetkan untuk selesai, serta menjalin kerja sama yang berkelanjutan,” ungkap Khafid.
Dari pihak Malaysia, Direktur Survey, Coordinating and Mapping Policy Division, Department of Survey and Mapping Malaysia (JUPEM) sekaligus ketua delegasi Saiful Wazlan bin Wahab menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan pertemuan dan sambutan hangat dari tuan rumah.
“Ini bukan hanya urusan batas negara, tetapi juga tentang memperkuat kerja sama dan saling pengertian. Pertemuan kali ini amat penting untuk kemajuan project dan sekaligus wadah untuk mengkaji dan menilai laporan kemajuan yang akan dipaparkan oleh kedua negara,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Tim Indonesia untuk The Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) Eko Artanto menjelaskan bahwa kerja sama ini juga difokuskan pada upaya memperbarui data dan titik-titik batas dengan menggunakan metode yang lebih efektif dan efisien. Ia mengusulkan Continuously Operating Reference Station (CORS) untuk CBDRF, dan akan menjadi asas utama bagi keseragaman sistem referensi dan meningkatkan integritas data dari kedua negara. Hal ini diperlukan untuk tujuan kesamaan sistem referensi geodetik
“Kami berupaya memastikan seluruh data batas diperbarui dan dapat digunakan bersama, sehingga kegiatan pemetaan di lapangan menjadi lebih mudah, dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan bersama,” imbuh Eko.
Sementara itu, Ketua Tim Indonesia untuk The Joint Border Mapping (JBM) Yudith Octora Sari menyampaikan bahwa kolaborasi antara kedua negara telah menghasilkan kemajuan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
“Kami telah menyepakati sejumlah peta batas yang siap disahkan pada pertemuan ini, dan akan melanjutkan penyusunan prioritas lembar peta lainnya dalam waktu dekat. Hal ini merupakan langkah maju dalam memastikan kejelasan wilayah kedua negara,” ungkapnya.
Pertemuan ditutup dengan penandatanganan hasil kesepakatan dan penetapan lokasi pertemuan berikutnya. Indonesia dan Malaysia sepakat bahwa pertemuan ke-16 akan diselenggarakan pada Oktober 2026 di Pulau Langkawi, Malaysia, bersamaan dengan pembahasan lanjutan mengenai kerja sama pemetaan batas wilayah.
Forum JWG ke-15 ini menegaskan kembali komitmen kedua negara untuk terus memperkuat kerja sama di bidang geospasial, meningkatkan akurasi data batas negara, dan menjaga hubungan baik melalui kolaborasi yang terbuka dan berkelanjutan.
Reporter: Risa Krisadhi
Editor: Luciana Retno Prastiwi