Cibinong, Berita Geospasial - Pemerintah Indonesia, melalui Badan Informasi Geospasial (BIG), dan pemerintah Australia, diwakili oleh Geoscience Australia, menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) tentang kerja sama Indonesia-Autralia dalam inisiatif sumber daya laut. Dokumen tersebut ditandatangani di dua lokasi berbeda; di Bogor, Indonesia pada 14 Agustus 2025 dan di Canberra, Australia pada 18 Agustus 2025.
Sekretaris Utama BIG Belinda Arunarwati Margono menegaskan, kesepakatan ini bukan sekadar penandatanganan dokumen, tetapi juga komitmen bersama dalam menjaga dan mengelola wilayah maritim Indonesia dengan pendekatan berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, dan kolaborasi. “Hari ini kita tidak hanya menambah tanda tangan di atas kertas, tetapi juga meneguhkan komitmen bersama untuk mengelola domain kelautan dengan pengetahuan, integritas, dan visi jangka panjang,” ujarnya.
Melalui MoU ini, BIG dan Geoscience Australia sepakat memperkuat kerja sama pada tiga bidang utama, yaitu pemetaan laut dan geosains kelautan, penginderaan bumi (earth observations), serta aspek teknis hukum laut.
Dalam paparannya, Director Maritime Jurisdiction Advice Geoscience Australia Lauren Power menjelaskan bahwa BIG adalah mitra strategis bagi Australia dalam membangun ekosistem data kelautan di kawasan Asia Tenggara.
“BIG memiliki peran sentral dalam penyediaan data geospasial kelautan di kawasan ini. Melalui kolaborasi ini, kita tidak hanya membangun kapasitas teknis, tetapi juga mendorong pemanfaatan data untuk perencanaan tata ruang laut, ketahanan pesisir, dan pengelolaan sumber daya yang lebih berkelanjutan,” ungkapnya.
Sedangkan, Assistant Director Geoscience Australia Matt Ellis menyoroti pentingnya integrasi teknologi dan data antarnegara. “Kerja sama dengan BIG memungkinkan kita menggabungkan teknologi observasi bumi, pemetaan batimetri, dan analisis geospasial berbasis cloud. Dengan pendekatan ini, kita dapat menyediakan informasi yang lebih akurat dan relevan untuk mendukung pengambilan kebijakan publik di kedua negara,” jelasnya.
Kesepakatan antara Indonesia dengan Australia ini sejalan dengan prioritas nasional dalam memperkuat ekonomi biru, meningkatkan ketahanan iklim, serta mendorong transformasi digital di bidang tata kelola geospasial. BIG memastikan bahwa hasil kolaborasi ini tidak hanya fokus pada pengembangan teknologi, tetapi juga pada pemanfaatan data dan informasi yang berdampak nyata bagi masyarakat.
“Setiap data yang kami hasilkan bersama akan diarahkan untuk meningkatkan ketahanan wilayah pesisir, mendukung kebijakan restorasi ekosistem, serta memperkuat sistem peringatan dini,” tegas Direktur Pemetaan Tematik BIG, Gatot Haryo Pramono.
Dengan MoU ini, BIG menegaskan posisinya sebagai otoritas utama dalam penyediaan dan pengelolaan data geospasial kelautan Indonesia. Selain itu, kolaborasi ini diharapkan akan berdampak pada peningkatan kapasitas teknis internal serta terciptanya ekosistem data kelautan yang transparan, akurat, dan bermanfaat luas.
Reporter: Kesturi Haryunani
>Editor: Intan Pujawati