Cibinong, Berita Geospasial - Peran dunia usaha dan asosiasi semakin vital dalam memperkuat ekosistem Informasi Geospasial (IG) nasional. Hal ini menjadi perbincangan hangan pada sesi Working Group (WG) 3 dalam rangkaian PraRapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial (PraRakornas IG) 2025 yang diselenggarakan secara daring pada Kamis, 26 Juni 2025.
Dengan mengusung tema `Kontribusi Pelaku Usaha dan Asosiasi dalam Pemenuhan Kebutuhan SDM dan Teknologi untuk Pembangunan Ekosistem Geospasial Nasional`, diskusi di WG 3 berlangsung aktif dan penuh semangat kolaboratif. Peserta WG 3 yang terdiri dari perwakilan pelaku usaha dan asosiasi di bidang IG di Indonesia.
Direktur Atlas dan Penggunaan Informasi Geospasial BIG Dheny Trie Wahyu Sampurno yang menjadi moderator diskusi di WG 3 mengungkapkan, industri IG Indonesia tengah bergerak dari dominasi sektor hulu menuju hilirisasi pemanfaatan data geospasial. “Saat ini, sekitar 80 persen pekerjaan masih di hulu. Namun, dengan kemajuan teknologi, hilirisasi semakin terbuka lebar. Kami berharap pelaku usaha dapat memaksimalkan pemanfaatan IG untuk industri,” ujarnya.

Dheny Trie Wahyu Sampurno, (Tengah) menjadi moderator pada acara pra rakornas 2025. dok.BIG/Risa Krisadhi
Sebagai pemantik diskusi, Satria Subagja dari Asosiasi Pengusaha Survei Pemetaan dan Informasi Geospasial (APSPIG) menyampaikan sejumlah kendala yang dihadapi industri, antara lain ketidakpastian potensi pekerjaan versus kebutuhan sertifikasi, serta pertimbangan kontinuitas investasi dan penggunaan teknologi pemetaan yang dinamis. Ia juga menyoroti pentingnya fleksibilitas regulasi dalam mendukung adopsi teknologi baru di industri IG.
“Masih terjadi hambatan dan belum mampu bergerak secara mulus ke arah hilirisasi industri IG, di sini penting untuk dapat lebih melibatkan sektor industri dalam diskusi teknis dan pembuatan regulasi,” jelas Satria.
Senada, Imam Mudita dari Ikatan Surveyor Indonesia (ISI) menegaskan pentingnya kolaborasi antara industri dan pemerintah. “Sejak 1972, ISI berkomitmen mendukung pengembangan profesi surveyor dan siap berkontribusi membangun ekosistem IG nasional,” tuturnya.
Dari sisi pelaku usaha, Agus Laksono dari PT Telkom BigBox Indonesia memaparkan bagaimana pihaknya telah memanfaatkan data dasar dan tematik dari Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk mendorong inovasi bisnis berbasis kecerdasan buatan (Artificial intelligence/AI). “Kami kembangkan data geospasial untuk analisis jaringan, perencanaan, AI analytics untuk prediksi, hingga pelacakan aset dan pemetaan sales. Kami juga membuka peluang kolaborasi dan pelatihan berbasis data spasial,” ungkapnya.
Isu sertifikasi, standardisasi, serta keseimbangan peran antara pemerintah, akademisi, dan industri menjadi pembahasan penting dalam sesi ini. Semua pihak sepakat, pembangunan ekosistem geospasial yang kuat membutuhkan sinergi dan harmonisasi lintas sektor.
Diskusi WG 3 ditutup dengan komitmen bersama untuk mempererat kolaborasi demi mempercepat hilirisasi IG, meningkatkan kapasitas SDM, dan memastikan ketersediaan teknologi mutakhir yang dibutuhkan Indonesia dalam pembangunan nasional.
Reporter: Ellen Suryanegara
Editor: Kesturi Haryunani