Boven Digoel, Berita Geospasial – Garis batas negara bukan sekadar penanda, melainkan simbol kedaulatan yang harus dijaga. Di dalam garis inilah Indonesia memiliki hak penuh untuk mengelola wilayah serta melindungi sumber daya alamnya.
Untuk memastikan batas wilayah semakin jelas, Badan Informasi Geospasial (BIG) melalui Direktorat Pemetaan Batas Wilayah dan Nama Rupabumi (PBWNR) melaksanakan survei densifikasi Pilar Batas Negara Republik Indonesia (RI) dengan Papua New Guinea (PNG). Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan forum Joint Implementation Monitoring Working Group (JIMWG) RI–PNG tahun 2024.

Forum formal antarkedua negara menetapkan rencana kerja 2024–2025, termasuk survei densifikasi dan pembangunan 20 pilar batas dengan jarak antara pilar sekitar 550–600 meter. Survei densifikasi bertujuan memperkuat penanda batas di lapangan.
Kegiatan yang berlangsung pada 23 Juli- 5 September 2025 ini melibatkan 18 personel, terdiri dari 14 surveyor BIG dan empat surveyor Topografi Kodam (Topdam) Cendrawasih. Tim juga mendapat dukungan tenaga operasional dari warga sekitar yang memahami kondisi wilayah.
Kampung Yetetkun, Distrik Ninati, Kabupaten Boven Digoel, dipilih sebagai lokasi survei. Kawasan ini merupakan jalur lintas tradisional antarnegara dan sejak 2023 telah berdiri Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Namun, pilar batas negara belum seluruhnya terpasang di wilayah tersebut.
Proses survei dilakukan secara teliti, mulai dari penentuan 20 koordinat pilar di atas peta secara kartometrik, dilanjutkan staking out dengan Global Navigation Satellite System (GNSS), pemasangan pilar sementara, hingga pembangunan pilar permanen. Kegiatan survei ditutup dengan pengukuran GNSS metode statik pada pilar permanen.
“Dalam proses survei ini, ada adat dan istiadat yang harus dihormati. Demi kelancaran, seluruh tuan tanah yang wilayahnya masuk dalam jalur survei dilibatkan sebagai tenaga bantu operasional,” ujar , Ketua Tim Densifikasi Pilar RI–PNG Nur Rahman Haris Alfian.
Nur Rahman juga menuturkan, medan dan cuaca menjadi tantangan besar. Hutan lebat dengan vegetasi heterogen yang jarang dilalui masyarakat membuat jalur harus dibuka menggunakan gergaji listrik, parang, dan alat lain.
“Personel harus berjalan kaki sejauh lebih dari 10 kilometer. Kami juga harus membangun jembatan darurat untuk melintasi sungai lebar, tapi beberapa kali hanyut terbawa arus saat hujan deras,” jelasnya.
Nur Rahman menambahkan, dinamika cuaca turut memengaruhi kesehatan personel. Ia menyebut, hampir setiap hari turun hujan.
“Beberapa anggota pengamanan bahkan mengalami demam dengan indikasi malaria dan terpaksa dievakuasi keluar hutan menggunakan ambulans,” imbuhnya.
Pelaksanaan survei densifikasi ini dilakukan untuk mengukuhkan batas Indonesia dengan PNG sekaligus memperkuat pengawasan wilayah. Dengan batas yang semakin jelas, Indonesia dapat meningkatkan pengelolaan kawasan perbatasan, mencegah potensi konflik, serta mempertegas pertahanan dan keamanan negara.
Reporter: Nurrahman Haris Alfian/Tia Rizka Nuzula Rachma
Editor: Kesturi Haryunani