Rabu, 12 November 2025   |   WIB
en | id
Rabu, 12 November 2025   |   WIB
Hadapi Potensi Gempa, BIG Gelar Sosialisasi dan Mitigasi Sesar Citarik di Bogor

Bogor, Berita Geospasial – Sebagai langkah antisipasi potensi gempa bumi, Direktorat Sistem Referensi Geospasial (DSRG) Badan Informasi Geospasial (BIG) menggelar `Sosialisasi dan Mitigasi Bencana Gempa Bumi Sesar Citarik Segmen Kota Bogor & Kabupaten Bogor` pada Kamis, 2 Oktober 2025.

Kegiatan ini menjadi tindak lanjut survei pemetaan dan monitoring lapangan Sesar Citarik yang dilaksanakan BIG bersama Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta PT Oseanland Indonesia pada 24 Juni–1 Juli 2025. Sosialisasi ini bertujuan menyampaikan hasil temuan awal sekaligus merumuskan langkah strategis bersama pemangku kepentingan daerah guna meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana.

“BIG melalui DSRG menyediakan sistem referensi yang dapat digunakan sebagai acuan pemetaan kebencanaan, sesuai mandat Undang-Undang No. 4 Tahun 2011,” ujar Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama BIG, Mone Iye Cornelia Marschiavelli.

Pada kesempatan ini, Mone menekankan pentingnya penguatan data kegempaan yang valid, integrasi kebencanaan dalam perencanaan tata ruang, serta peningkatan kapasitas masyarakat secara cerdas dalam mitigasi bencana tanpa menimbulkan kepanikan.

Hadir pula Asep Kurnia Permana, Koordinator Geosains yang mewakili Kepala Pusat Survei Geologi Kementerian ESDM. Ia menyatakan bahwa Pusat Survei Geologi bertanggung jawab sebagai walidata 13 peta tematik, termasuk peta patahan aktif.

“Dalam isu gempa bumi, kita tidak hanya bicara sumbernya, tetapi juga bagaimana dampaknya ketika bencana terjadi. Karena itu, kami terus mengembangkan metode identifikasi sumber patahan aktif,” jelas Asep.

Pada sesi panel, Sukahar Eka Adi Saputra dari Pusat Survei Geologi memaparkan hasil `Pemetaan Sesar Aktif di Wilayah Bogor (Studi Kasus Sesar Citarik)`. Ia menjelaskan strategi mitigasi gempa memerlukan komunikasi efektif antara ilmuwan dan pengambil keputusan agar penilaian, peringatan, hingga rencana kontingensi dapat berjalan optimal.

Sedangkan, Oktadi Prayoga dari DSRG BIG mengulas pemanfaatan teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) untuk memantau pergerakan sesar. BIG telah membangun pilar pengamatan di 23 titik fasilitas umum di Kabupaten Bogor.

“Pengukuran GNSS selama 36 jam memungkinkan pemantauan deformasi tanah secara akurat sekaligus mendukung pemetaan geodetik presisi,” terangnya.

Dari sisi teknologi modern, Andi Wiharyanto Wahyudi dari PT Oseanland Indonesia memaparkan peran LiDAR (Light Detection and Ranging) dalam memetakan struktur geologi. Menurutnya, LiDAR mampu menghasilkan model tiga dimensi permukaan bumi dengan resolusi tinggi, sehingga fitur geologis minor yang berpotensi menjadi jalur patahan aktif dapat teridentifikasi.

Sosialisasi ini menegaskan pentingnya kolaborasi pemerintah, peneliti, dan swasta dalam memperkuat mitigasi bencana. Pemahaman komprehensif terhadap karakteristik Sesar Citarik diharapkan meningkatkan kewaspadaan masyarakat serta mendorong lahirnya kebijakan berbasis data ilmiah.

Saat ini, pemetaan sesar aktif skala 1:100.000 di wilayah Bogor masih berlangsung. Hasil sementara menunjukkan sejumlah pola sesar bawah tanah, antara lain Sesar Citarik, Cisadane, Jasinga, Ciomas, dan Baribis (Back Arc Thrust Jawa Barat). Data ini menjadi landasan penting bagi pemerintah daerah dalam menyusun rencana pembangunan yang lebih aman sekaligus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa di masa mendatang.

Reporter: Intan Pujawati
Editor: Kesturi Haryunani